Mengubah Sampah Menjadi Kehidupan "Greenprosa"
Ribuan larva Black Soldier Fly (maggot BSF) bergerak serempak, mengurai sisa-sisa dapur, kulit buah, dan rontokan sayur dari pasar sekitar. Berdiri seorang pemuda berkacamata, mengamati bak-bak kayu yang seolah hidup. Arky Gilang Wahab menatap pemandangan itu. “Dulu sampah hanya numpuk. Sekarang setiap kilogramnya punya masa depan,” katanya pelan.
Arky lahir dan tumbuh di sebuah desa kecil di Banjaranyar, Banyumas. Lahir dan dibesarkan di daerah yang kini menghadapi masalah serius terkait sampah, Arky tumbuh dengan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan. Pada tahun 2018, saat Banyumas mengalami darurat sampah, Arky merasa terpanggil untuk berkontribusi dalam mencari solusi.
Tumpukan sisa makanan rumah tangga, pasar, dan sampah organik wisata. Bukan hanya bau atau pemandangan yang mengganggu, ada masalah kesehatan, hilangnya nilai ekonomi, dan bebannya biaya pengelolaan bagi pemerintah lokal. Bagi Arky, hal itu bukan hanya soal membersihkan, melainkan mengubah.
Ia memutuskan untuk memulai usaha yang tidak hanya menjanjikan secara ekonomi, tetapi juga memberikan dampak positif bagi lingkungan.
Awalnya, Arky mencoba mengolah sampah menjadi pupuk kompos dengan metode tradisional. Namun, ia segera menyadari bahwa proses pengomposan memerlukan waktu yang lama dan lahan yang luas. Dalam pencariannya akan metode yang lebih efisien.
Solusi ini datang dari dunia serangga, tepatnya dari larva lalat tentara hitam atau Black Soldier Fly (BSF). Lalat BSF, yang dikenal dengan nama ilmiah Hermetia illucens, memiliki siklus hidup yang unik. Dalam fase larvanya, maggot BSF mampu menguraikan sampah organik dengan sangat efisien. Proses ini berlangsung jauh lebih cepat dibandingkan metode pengomposan tradisional yang memerlukan waktu hingga 45 hari. Dengan maggot, sampah organik dapat terurai dalam waktu hanya satu hari.
Maggot BSF bukan jenis larva sembarangan. Ia tidak makan sampah plastik, tidak menjadi vektor penyakit, dan tidak hinggap di makanan manusia seperti lalat rumah. BSF adalah spesies yang berevolusi untuk menjadi pembersih hutan tropis untuk mengurai buah busuk, bangkai kecil, dan dedaunan.
Larva yang di banyak tempat dipandang sebagai sesuatu yang menjijikan ternyata memiliki kemampuan mengejutkan untuk mengkonsumsi limbah organik dengan cepat, mengakumulasi protein dan lemak yang dapat diproses menjadi pakan, sementara residu yang tersisa (frass) menjadi pupuk. Untuk seseorang yang menatap tumpukan sampah setiap hari, potensi itu menjadi panggilan untuk menyulap tumpukan menjadi tambang kehidupan.
Bayangkan sebuah jalur produksi yang tidak membutuhkan mesin bertenaga besar tetapi diisi oleh organisme hidup yang makan, tumbuh, dan mengubah bahan. Larva BSF yang telah menjadi aktor utama dalam proses biokonversi. Mereka makan sampah organik, tumbuh cepat, dan dapat dipanen sebagai biomassa berprotein tinggi. Prosesnya biologis namun didesain secara rekayasa dengan kontrol kelembapan, suhu, komposisi substrat, dan waktu panen menghasilkan produk dengan kualitas yang dapat dijual sebagai meal (tepung) pakan atau dikeringkan untuk pakan ternak seperti unggas dan ikan. Sisa organik yang tidak dimetabolisme berubah menjadi pupuk organik kaya nutrisi.
Ia membentuk tim relawan pengolahan sampah dan meminta dukungan dari pemerintah setempat. Respons positif dari Bupati Banyumas memberikan dukungan dengan menyediakan lahan yang lebih luas untuk pengelolaan sampah di TPST 3R Sokaraja, Banyumas, Jawa Tengah. Tempat ini kemudian dikenal sebagai Greenprosa, di mana Arky dan timnya mengedukasi masyarakat tentang cara mengolah sampah dengan baik.
Arky mendirikan PT Greenprosa Adikara Nusa. Nama “Greenprosa” bukan hanya merepresentasikan warna hijau atau proses, tetapi juga sebuah visi, mengubah cerita (prosa) sampah menjadi masa depan hijau. Greenprosa tidak hanya dirancang sebagai perusahaan pengelola sampah, tetapi sebagai ekosistem sosial dan ekologis yang menghubungkan sampah organik, peternak, petani, pemulung, dan masyarakat.
Pengurangan volume sampah yang masuk tempat pembuangan akhir cukup signifikan. Dalam pengukuran lapangan yang dilaporkan, Greenprosa melesat dari pilot skala kecil pada 2018 menjadi organisasi yang dalam beberapa periode melaporkan kemampuan mengolah puluhan ton sampah per hari. Sebuah loncatan yang menggetarkan bagi yang awalnya bersifat komunitas.
Pada 2021, upaya yang digagas Arky mendapatkan pengakuan nasional. SATU Indonesia Awards, program apresiasi dari PT Astra International Tbk yang memberi penghargaan kepada pemuda yang menjalankan solusi sosial, lingkungan berdampak. Astra menganugerahkan penghargaan kepada Arky atas inovasi pengelolaan limbah organik yang menjanjikan ketahanan pangan dan keberlanjutan. Greenprosa tidak lagi sekadar 'usaha lokal' mereka menjadi contoh yang layak direplikasi.
Di fasilitas Greenprosa, sampah tiba setiap pagi dari pasar, dapur restoran, hingga rumah tangga. Setelah ditimbang, sampah dipilah, dicacah, dan dimasukkan ke bak pakan. Ketika Arky membuka salah satu bak, aroma fermentasi ringan tercium, tidak menyengat, lebih seperti bau tanah yang basah setelah hujan. Maggot bergerak seperti gelombang kecil, bekerja dalam kesunyian. Arky meraup segenggam larva itu dengan sarung tangan. “Ini pasukan yang sebenarnya,” ujarnya sambil tersenyum. “Mereka yang menyelamatkan lingkungan, bukan saya.”
Di luar bangunan, para ibu pekerja memilah sampah sambil bercanda. Salah satu pekerja di Greenprosa, Bu Parminah, bercerita “Sampai sekarang saya masih heran, kok bisa sampah ini jadi uang, dulu saya mikirnya sampah ya dibuang gitu saja, sekarang bahkan jadi penghasilan.” Ada juga ibu muda yang dulunya pemulung. Ia mengatakan bahwa Greenprosa memberi penghasilan stabil tanpa harus mencari di TPA.
Sisi manusia itulah yang membuat Greenprosa lebih dari sekadar proyek, ia menjadi ekosistem kecil yang mengubah cara pandang desa terhadap limbah.
Salah satu alasan mengapa model Greenprosa menarik adalah potensinya sebagai inti ekonomi sirkular lokal. Sampah organik, yang semula menjadi biaya (pengumpulan, transportasi, penguburan), berubah menjadi produk bernilai, pakan (mengurangi kebutuhan impor atau biaya pakan), pupuk (mengurangi kebutuhan pupuk kimia), dan lapangan kerja (dari pemulung hingga operator unit). Di level mikro, keluarga yang menjadi pemasok organik bisa mendapatkan penghasilan tambahan. Di level makro, pengurangan tekanan pada landfill mengurangi emisi metana. Sinergi kontribusi yang relevan terhadap sasaran iklim.
Secara ekonomis, ada beberapa sumber pendapatan yang terjadi, penjualan maggot kering/meal ke industri pakan, penjualan frass ke petani, layanan pengelolaan sampah untuk institusi besar (hotel, pasar, taman wisata), serta potensi diversifikasi produk (minyak maggot, bahan baku industri). Namun, pengembangan bisnis dari model komunitas ke skala komersial memerlukan kapasitas manajerial, investasi fasilitas pengolahan, dan akses pasar yang andal. di sinilah jaringan seperti SATU Indonesia dan Astra berperan.
SATU Indonesia Awards yang diselenggarakan oleh Astra, telah lama menjadi platform untuk mengangkat pemimpin muda. SATU Indonesia Awards adalah penghargaan yang diberikan oleh PT Astra International Tbk untuk menghargai individu atau kelompok yang telah berkontribusi secara signifikan dalam menciptakan perubahan positif di masyarakat, terutama dalam bidang lingkungan, pendidikan, kesehatan, dan kewirausahaan sosial. Penghargaan ini bertujuan untuk menginspirasi lebih banyak orang untuk terlibat dalam kegiatan sosial dan lingkungan yang bermanfaat.
Sejak beroperasi pada tahun 2018, Greenprosa telah mengelola hampir 25.000 ton sampah hingga akhir 2024. Di tahun 2024 saja 5.400 ton sampah dan 37 ton EPR, terkelola dengan 20 mitra binaan. Sampah organik terkonversi menjadi maggot kering, tepung maggot, pelet maggot dan minyak manggot hingga ratusan ton. Memberdayakan lebih dari 100 tenaga kerja. Produksi pupuk Biofrass diseluruh jaringan mitra mencapai total 540 ton. Bekerjasama dengan lebih dari 10 entitas penting baik di dalam negeri maupun NGO Internasional. Memproduksi puluhan mesin pengolah sampah baik untuk pihak swasta maupun pemerintah.
Inisiatif Arky dan Greenprosa selaras dengan beberapa tujuan dalam Sustainable Development Goals (SDGs) yang diadopsi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Beberapa tujuan yang terkait antara lain:
- Dengan mengurangi volume sampah dan mengolahnya menjadi produk yang bermanfaat, Greenprosa membantu menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat.
- Pengelolaan sampah organik menjadi pakan maggot dan pupuk organik mendukung pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan.
- Dengan mengurangi emisi gas metana dari sampah organik, Greenprosa berkontribusi dalam upaya mitigasi perubahan iklim.
- Penggunaan kasgot sebagai pupuk organik membantu meningkatkan kualitas tanah dan mendukung pertanian berkelanjutan.
Arky sering bicara tentang ketahanan pangan, bukan dalam wacana abstrak, tetapi dalam istilah konkret. Menyediakan pakan lokal untuk ikan dan unggas sehingga petani lokal tidak terlalu rentan pada harga impor. Menghasilkan pupuk yang menurunkan biaya produksi. Menciptakan lapangan kerja baru.
Tujuan akhirnya adalah memperlihatkan bahwa sebuah desa dapat menutup sebagian kebutuhan makanan dan ekonomi lokal melalui model yang memadukan teknologi alamiah dan organisasi sosial. Itu adalah visi sederhana dan sekaligus membuat lingkungan bersih dan ekonominya kuat.
Komentar
Posting Komentar